Rabu, 02 Maret 2016

Tehnik Menyusui yang Benar




Tehnik Berikut akan membantu ibu untuk memberikan ASI pada Bayinya
Teknik menyusui adalah suatu cara pemberian ASI yang dilakukan oleh seorang ibu kepada bayinya, demi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi tersebut. Posisi yang tepat bagi ibu untuk menyusui. Duduklah dengan posisi yang enak atau santai, pakailah kursi yang ada sandaran punggung dan lengan. Gunakan bantal untuk mengganjal bayi agar bayi tidak terlalu jauh dari payudara ibu.
  


                                          Gambar cara memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi

Cara memasukkan puting susu ibu kemulut bayi
          Bila dimulai dengan payudara kanan, letakkan kepaada bayi pada siku bagian dalam lengan kanan, badan bayi menghadap kebadan ibu. Lengan kiri bayi diletakakan diseputar pinggang ibu, tangan kanan ibu memegang pantat/paha kanan bayi, sangga payudara kanan ibu dengan empat jari tangan kiri, ibu jari diatasnya tetapi tidak menutupi bagian yang berwarna hitam (areola mamae), sentuhlah mulut bayi dengan puting payudara ibu Tunggu sampai bayi membuka mulutnya lebar. Masukkan puting payudara secepatnya ke dalam mulut bayi sampai bagian yang berwarna hitam.
 
Teknik Melepaskan Hisapan Bayi
Setelah selesai menyusui kurang lebih selama 10 menit, lepaskan hisapan bayi dengan cara:
1.      Masukkan jari kelingking ibu yang bersih kesudut mulut bayi 
2.      Menekan dagu bayi ke bawah 
3.      Dengan menutup lubang hidung bayi agar mulutnya membuka 
4.      Jangan menarik putting susu untuk melepaskan.

 
Gambar Cara Menyendawakan Bayi  

Cara Menyendawakan Bayi Setelah Minum ASI
Setelah bayi melepaskan hisapannya, sendawanya bayi sebelum menyusukan dengan payudara yang lainnya dengan cara: 

1.     Sandarkan bayi dipundak ibu, tepuk punggungnya dengan pelan sampai bayi bersendawa 
2.     Bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu sambil digosok punggungnya.

                                                           Gambar Posisi Menyusui
 
Tanda-Tanda Teknik Menyusui Sudah Baik Dan Benar 
1.   Bayi dalam keadaan tenang 
2.   Mulut bayi terbuka lebar 
3.   Bayi menempel betul pada ibu 
4.   Mulut dan dagu bayi menempel pada payudara 
5.   Sebagian besar areola mamae tertutup oleh mulut bayi 
6.   Bayi nampak pelan-pelan menghisap dengan kuat 
7.   Kuping dan lengan bayi berada pada satu garis.


Bidan memastikan sudah menjelaskan 4 butir penting dalam memegang bayi yaitu:
  1. Kepala dan badan bayi dalam garis lurus
  2. Wajah bayi menghadap payudara ibu dan hidungnya berhadapan dnegan puting
  3. Badan bayi dekat dengan badan ibu
  4. Jika bayi baru lahir, ibu menyangga seluruh badan bayi
Bidan juga harus memperhatikan pelekatan bayi yaitu CALM
C  : Chin, dagu menempel pada payudara
A  : Areola, areola bagian bawah tampak lebih sedikit daripada areola bagian atas
L  : Lips, bibir bawah terputar keluar
M Mouth, mulut terbuka lebar
 
 

Materi Perkuliahan Nifas


Materi Pembelajaran Asuhan Ibu Nifas & Menyusui dapat di Downlload berikut ini :
1. Pertemuan 1 ( http://downloads.ziddu.com/download/25255978/BUKU_AJAR_NIFAS_BAB_I.doc.html)
2. Pertemuan 2 
3. Pertemuan 3
4. Pertemuan 4
5. Pertemuan 5
6. Pertemuan 6
7. Pertemuan 7
8. Pertemuan 8
Untuk Pertemuan 1-8 downlload ( http://downloads.ziddu.com/download/25255992/New_folder.rar.html)

Selamat Membaca

Proses Laktasi & Menyusui



PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI



A.          Anatomi dan Fisiologi Payudara

1.      Anatomi payudara


Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada di jaringan sub kutan, tepatnya diantara jaringan sub kutan superficial dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis mayor.

Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.

Ada 3 bagian utama payudara, Korpus (badan), Areola, Papila atau puting. Areola mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulitnya, kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap dan kemudian menetap.

Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut.

Ada empat macam bentuk puting yaitu bentuk yang normal/umum, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk puting ini tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot” ke dalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi puting tidak lentur terutama pada bentuk putting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bisa menyusu dengan baik.
 




 Gambar Macam Bentuk Puting Susu

Struktur payudara terdiri dari tiga bagian, yakni kulit, jaringan subkutan (jaringan bawah kulit), dan corpus mammae. Corpus mammae terdiri dari parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari Duktus Laktiferus (duktus), Duktulus (duktulli), Lobus dan Alveolus.


Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40 duktuli. Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan masing-masing dihubungakan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada puting susu, akan didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus. Di daerah kalang payudara duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus tempat penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus, tapi duktulus yang pada perjalanan selanjutnya disusun pada sekelompok alveoli. Didalam alveoli terdiri dari duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan mioepitelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.

Gambar Anatomi Payudara
 
 
Fisiologi Payudara
 


2.          Fisiologi payudara
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu reflek prolaktin dan reflek aliran timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.

a.       Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujunga saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap.

b.      Refleks Aliran (Let Down Reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin. Dimana setelah oksitosin dilepas kedalam darah mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkonsetraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu.
Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain let-down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu.




B. Dukungan Bidan dalam Pemberian Laktasi
1.    Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam pertama.
a.   Membina hubungan/ikatan disamping bagi pemberian ASI
b.   Membina rasa hangat dengan membaringkan dan menempelkan pada kulit ibunya dan menyelimutinya
Segera susui bayi maksimal setengah jam pertama setelah persalinan. Hal ini sangat penting apakah bayi akan mendapat ASI atau tidak. Ini didasari oleh peran hormone pembuat ASI, antara lain hormone prolaktin dalam peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.
Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan prolaktin, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan hormone oksitosin. Hormon oksitosin bekerja merangsang otot polos untuk meremas ASI yang ada pada alveoli, lobus serta duktus yang berisi ASI yang dikeluarkan melalui putting susu.
Apabila bayi tidak menghisap putting susu pada setengah jam setelah persalinan, hormone prolaktin akan turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru akan keluar pada hari ketiga atau lebih.

2.   Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.
       Perawatan yang dilakukan bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. Agar tujuan perawatan ini dapat tercapai, bidan melakukan perawatan payudara. Mengupayakan tangan dan putting susu tetap bersih, jangan mengoleskan krim, minyak, alcohol atau sabun pada putting susu.

3.    Bantu ibu pada waktu pertama kali menyusui.
Segera susui bayi maksimal setengah jam pertama setelah persalinan. Hal ini sangat penting apakah bayi akan mendapat cukup ASI atau tidak. Ini didasari oleh peran hormon pembuat ASI, antara lain hormon prolaktin dalam peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.
       Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan prolaktin, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon oksitosin bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI yang ada pada alveoli, lobus serta duktus yang berisi ASI yang dikeluarkan melalui puting susu.